Skip to content

Yayasan Intsia Papua

Together, We Can Make a Difference

Intsia dan Kemandirian Masyarakat Adat Papua

Posted on November 5, 2025November 5, 2025 By Intsia Papua Tak ada komentar pada Intsia dan Kemandirian Masyarakat Adat Papua

Di Tanah Papua, hutan bukan deretan pohon belaka, dan sungai bukan aliran air semata. Alam adalah ibu yang melahirkan kehidupan, tempat manusia dan roh leluhur berdiam dalam keseimbangan. Di sinilah Yayasan Intsia menanamkan visinya: “Masyarakat adat Papua yang mandiri dan sejahtera dari pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan.”
Pernyataan ini menyimpan pandangan filsafat yang dalam tentang kebebasan, keadilan, dan makna menjadi manusia Papua di dunia modern.

Dalam kacamata filsafat eksistensial, kemandirian adalah wujud tertinggi kebebasan manusia. Jean-Paul Sartre menyebutnya “eksistensi yang mendahului esensi” — manusia menjadi dirinya bukan karena ditentukan, tetapi karena memilih arah hidupnya.
Ketika Intsia berbicara tentang “masyarakat adat yang mandiri”, sesungguhnya ia menyerukan pembebasan: keluar dari bayang-bayang ketergantungan terhadap sistem birokrasi, proyek donor, dan kapitalisme sumber daya alam yang sering melupakan manusia di balik tanahnya sendiri.

Kemandirian yang dimaksud jauh melampaui urusan ekonomi. Ia menyentuh wilayah kesadaran: keberanian berpikir dan bertindak, keyakinan bahwa orang Papua berhak menentukan masa depannya sebagaimana ia berhak atas tanah tempat ia lahir. Dalam arti itu, visi Intsia adalah pernyataan eksistensial — Papua berpikir dan bertindak atas dirinya sendiri.

Misi-misi yang dirumuskan Intsia mencerminkan etika sosial yang berpihak pada kehidupan bersama.
Ketika lembaga ini mendorong lahirnya kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang adil, ia sedang menantang cara berpikir modern yang melihat alam semata sebagai objek ekonomi.
Dalam pandangan filsafat lingkungan, alam memiliki nilai intrinsik — ia bukan sesuatu untuk dimanfaatkan, melainkan sesuatu untuk dihormati. Alam memiliki martabat sebagaimana manusia, dan keadilan ekologis adalah syarat keadilan manusia.

Keterlibatan perempuan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam menunjukkan bahwa Intsia memahami nilai care ethics — etika kepedulian yang menempatkan empati dan relasi sebagai inti moralitas. Dalam masyarakat adat, perempuan adalah penjaga keseimbangan kehidupan. Memberi ruang bagi suara mereka berarti menegakkan keutuhan moral komunitas.

Begitu pula misi memperkuat ekonomi rumah tangga dan kelembagaan adat. Keduanya menegaskan prinsip dasar filsafat komunitarian: manusia tidak dapat hidup terpisah dari komunitasnya. Kekuatan moral Papua tidak lahir dari pasar, melainkan dari relasi sosial yang dijaga di honai, kebun, dan ruang adat.

Nilai-nilai yang dijunjung Intsia — transparansi, akuntabilitas, kesetaraan, demokrasi, dan integritas — adalah bentuk nyata etika publik.
Immanuel Kant menulis bahwa moralitas sejati adalah melakukan yang benar bukan karena takut dihukum, melainkan karena itu benar.
Nilai-nilai Intsia berpijak pada kesadaran itu: bertindak dengan jujur bukan karena ada pengawasan, tetapi karena kebenaran adalah bagian dari martabat manusia.

Sementara “independensi” dan “integritas” menunjukkan posisi moral yang kuat: menjadi lembaga yang bebas dari tekanan politik dan ekonomi, namun tetap setia pada kebenaran dan tanggung jawab sosial.
Filsuf Martin Buber menyebut hubungan sejati sebagai relasi “Aku–Engkau”, bukan “Aku–Itu”. Dalam konteks Intsia, hubungan dengan masyarakat adat harus bersifat dialogis, bukan transaksional.

Filsafat yang mengalir dari visi dan nilai-nilai Intsia tidak berhenti pada batas wilayah Papua. Ia menyentuh inti kemanusiaan universal.
Dunia hari ini kehilangan arah karena manusia memisahkan diri dari alam, mengejar kemajuan sambil menghancurkan akar. Intsia justru mengingatkan bahwa masa depan terletak pada harmoni, bukan dominasi.

Dengan memadukan nilai adat Melanesia — di mana tanah, manusia, dan roh adalah satu — dengan prinsip-prinsip modern seperti transparansi dan demokrasi, Intsia sedang membangun jembatan antara tradisi dan peradaban.
Inilah filsafat praksis yang jarang dimiliki lembaga pembangunan: membangun tanpa mencabut akar.

Intsia tidak hanya bekerja di bidang sumber daya alam. Ia menanam gagasan tentang kemanusiaan.


Bahwa kesejahteraan sejati tidak lahir dari proyek, melainkan dari kesadaran etis untuk hidup selaras dengan tanah dan sesama.
Bahwa kebebasan bukan kata yang diucapkan, tetapi perjuangan yang dijalani — melawan ketergantungan, ketidakadilan, dan ketakutan.

Dalam pandangan filsafat, kerja Intsia adalah bentuk praxis: pengetahuan yang menjelma menjadi tindakan. Ia menegaskan pesan sederhana namun mendalam:

“Manusia Papua tidak miskin karena tanahnya tandus, tetapi karena nilai-nilai keadilannya diabaikan.”

Dan di situlah Intsia berdiri — sebagai pengingat bahwa dari hutan, rawa, dan danau yang dijaga, lahirlah bukan hanya kehidupan, tetapi juga kebijaksanaan.(*)

Oleh : Alberth Yomo

Berita dan Artikel Tags:Intsia Papua, Masyarakat Adat Papua

Navigasi pos

Previous Post: Mamberamo Foja: Menjaga Jantung Rimba Papua di Tengah Sunyi
Next Post: Gubernur Baru, Arah Baru: Pembangunan Berbasis Adat di Papua

Related Posts

  • Mamberamo Foja: Menjaga Jantung Rimba Papua di Tengah Sunyi Berita dan Artikel
  • Pelajaran dari Pagai: Di Mana Alam dan Manusia Saling Menjaga Berita dan Artikel

More Related Articles

Pelajaran dari Pagai: Di Mana Alam dan Manusia Saling Menjaga Berita dan Artikel
Mamberamo Foja: Menjaga Jantung Rimba Papua di Tengah Sunyi Berita dan Artikel

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • 133
  • 42
Back to Home

Pos-pos Terbaru

  • Gubernur Baru, Arah Baru: Pembangunan Berbasis Adat di Papua
  • Intsia dan Kemandirian Masyarakat Adat Papua
  • Mamberamo Foja: Menjaga Jantung Rimba Papua di Tengah Sunyi
  • Pelajaran dari Pagai: Di Mana Alam dan Manusia Saling Menjaga
  • Kawasan Konservasi Mamberamo Jadi Taman Nasional ke-57 di Indonesia

Komentar Terbaru

    Arsip

    • November 2025
    • Oktober 2025

    Kategori

    • Berita dan Artikel
    • Cerita Dari Kampung
    • Kearifan Lokal
    • Kehutanan dan Lingkungan Hidup
    • Masyarakat Adat
    • Pemberdayaan Ekonomi
    • Wilayah Dampingan

    Copyright © 2025, Yayasan Intsia Papua